Oligohidramnion adalah kondisi saat jumlah air ketuban dalam kandungan lebih sedikit dari batas normal. Air ketuban memiliki peran penting dalam perkembangan janin, termasuk melindungi bayi dari benturan dan membantu perkembangan paru-parunya. Jika kadar air ketuban terlalu rendah, dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, termasuk kelahiran prematur dan gangguan pertumbuhan janin. Oleh karena itu, penting bagi Moms […]
Oligohidramnion adalah kondisi saat jumlah air ketuban dalam kandungan lebih sedikit dari batas normal. Air ketuban memiliki peran penting dalam perkembangan janin, termasuk melindungi bayi dari benturan dan membantu perkembangan paru-parunya. Jika kadar air ketuban terlalu rendah, dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, termasuk kelahiran prematur dan gangguan pertumbuhan janin. Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk memahami kondisi ini, penyebabnya, serta bagaimana cara mengatasinya.
Apa Itu Oligohidramnion?
Oligohidramnion terjadi ketika indeks cairan ketuban (AFI) berada di bawah 5 cm atau volume cairan kurang dari 500 mL pada usia kehamilan 32-36 minggu. Kondisi ini dapat terdeteksi melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang dilakukan oleh dokter kandungan.
Air ketuban berfungsi sebagai bantalan pelindung bagi janin, membantu perkembangan paru-paru dan sistem pencernaan, serta mendukung pertumbuhan otot dan tulang. Jika jumlahnya berkurang secara signifikan, maka dapat menyebabkan komplikasi serius pada kehamilan.
Penyebab Oligohidramnion

Sumber gambar: Freepik
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya cairan ketuban meliputi:
1. Gangguan pada Plasenta
Plasenta berperan sebagai jalur utama dalam menyalurkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke bayi. Jika plasenta mengalami gangguan, seperti insufisiensi plasenta, maka janin mungkin tidak mendapatkan asupan yang cukup untuk berkembang dengan optimal. Kondisi ini juga dapat memengaruhi produksi urine bayi, yang merupakan komponen utama dari cairan ketuban. Akibatnya, volume cairan ketuban menjadi lebih rendah, meningkatkan risiko komplikasi bagi janin, termasuk gangguan pertumbuhan intrauterin (IUGR).
Baca juga: Ketahui 5 Gangguan Plasenta pada Ibu Hamil
2. Cacat atau Kelainan Janin
Janin berkontribusi terhadap volume cairan ketuban dengan cara memproduksi urine yang kemudian dikeluarkan ke dalam kantung ketuban. Jika bayi mengalami kelainan pada ginjal atau saluran kemih, seperti agenesis ginjal (tidak berkembangnya ginjal) atau obstruksi saluran kemih, produksi urine akan berkurang secara signifikan. Hal ini menyebabkan jumlah cairan ketuban menurun drastis dan dapat berdampak pada perkembangan paru-paru serta organ lainnya.
Baca juga: Ini Cara Mencegah Bayi Lahir Cacat, Penting Bumil Ketahui
3. Ketuban Pecah Dini
Ketuban yang pecah sebelum waktunya, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak, dapat menyebabkan berkurangnya cairan ketuban secara drastis. Ketuban pecah dini (PROM) sering kali meningkatkan risiko infeksi bagi ibu dan bayi, serta memicu persalinan prematur. Dalam beberapa kasus, jika kebocoran ketuban tidak segera ditangani, janin bisa mengalami tekanan yang lebih besar dalam rahim, yang dapat memengaruhi perkembangannya.
4. Kehamilan Lewat Waktu (Postterm Pregnancy)
Kehamilan yang melewati usia 42 minggu dapat menyebabkan fungsi plasenta menurun secara bertahap. Penurunan ini berdampak pada suplai nutrisi dan oksigen ke janin, yang pada akhirnya mengurangi produksi urine bayi dan menyebabkan oligohidramnion. Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko komplikasi selama persalinan, seperti gawat janin atau kebutuhan untuk persalinan dengan tindakan medis seperti induksi atau operasi caesar.
5. Penyakit Ibu
Beberapa kondisi medis pada ibu hamil dapat menyebabkan berkurangnya volume cairan ketuban. Penyakit seperti preeklamsia, hipertensi kronis, dan diabetes gestasional dapat mengganggu aliran darah ke plasenta, sehingga janin tidak mendapatkan asupan yang cukup untuk memproduksi urine. Selain itu, dehidrasi yang parah atau penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat berdampak pada produksi cairan ketuban, yang berisiko menyebabkan oligohidramnion.
Baca juga: Penyebab Air Ketuban Keruh dan Bagaimana Cara Mencegahnya?
Dampak Oligohidramnion pada Kehamilan
Oligohidramnion dapat menimbulkan berbagai risiko bagi janin dan Moms, antara lain:
1. Gangguan Pertumbuhan Janin
Cairan ketuban berperan sebagai media untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Jika volumenya berkurang, suplai nutrisi bisa terhambat sehingga pertumbuhan janin menjadi tidak optimal. Bayi yang mengalami oligohidramnion berisiko lahir dengan berat badan rendah atau mengalami kondisi seperti intrauterine growth restriction (IUGR), yang dapat berdampak pada kesehatannya setelah lahir.
2. Gangguan Perkembangan Paru-paru
Paru-paru janin berkembang dengan menghirup dan mengeluarkan cairan ketuban. Jika jumlah cairan ini terlalu sedikit, paru-paru mungkin tidak berkembang sempurna, menyebabkan bayi mengalami gangguan pernapasan setelah lahir. Dalam beberapa kasus, bayi yang lahir dari ibu dengan oligohidramnion mungkin memerlukan bantuan medis, seperti ventilasi, untuk bisa bernapas dengan normal.
3. Komplikasi Persalinan
Cairan ketuban berfungsi sebagai bantalan yang melindungi janin dari tekanan rahim. Jika volumenya berkurang drastis, janin bisa mengalami tekanan yang lebih besar saat berada dalam kandungan. Hal ini meningkatkan risiko persalinan prematur, gangguan detak jantung janin, serta kemungkinan persalinan dengan tindakan medis seperti induksi atau operasi caesar. Selain itu, oligohidramnion juga dapat menyebabkan kurangnya pelumas alami selama persalinan, sehingga bayi sulit bergerak melewati jalan lahir dan meningkatkan kemungkinan terjadinya persalinan yang sulit atau lama.
Baca juga: Persalinan Macet: Penyebab, Risiko, dan Cara Mencegahnya
4. Risiko Kompresi Tali Pusat
Salah satu risiko paling berbahaya dari oligohidramnion adalah kemungkinan kompresi tali pusat. Volume cairan ketuban yang rendah membuat tali pusat lebih rentan terjepit antara bayi dan dinding rahim. Jika tali pusat tertekan, suplai oksigen ke janin bisa terganggu, yang dapat menyebabkan kondisi serius seperti gawat janin atau bahkan risiko lahir mati jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, ibu hamil dengan oligohidramnion perlu mendapatkan pemantauan ketat oleh tenaga medis untuk memastikan janin tetap mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Cara Mengatasi Oligohidramnion

Sumber gambar: Freepik
Jika Moms didiagnosis mengalami oligohidramnion, dokter akan memberikan rekomendasi berdasarkan tingkat keparahan kondisi. Beberapa metode yang dapat dilakukan meliputi:
1. Meningkatkan Asupan Cairan
Salah satu cara paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan konsumsi air putih. Dehidrasi dapat menjadi salah satu penyebab oligohidramnion, sehingga memastikan tubuh tetap terhidrasi dengan baik bisa membantu meningkatkan volume cairan ketuban. Selain air putih, konsumsi makanan yang memiliki kadar air tinggi, seperti buah dan sayuran, juga bisa membantu mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan merekomendasikan infus cairan intravena untuk memastikan tubuh mendapatkan asupan cairan yang cukup, terutama jika oligohidramnion terjadi akibat kondisi medis tertentu seperti preeklamsia atau diabetes gestasional.
Baca juga: Makanan Untuk Bumil: Pilihan Terbaik untuk Kesehatan Ibu dan Janin
2. Amnioinfusion
Jika kadar cairan ketuban sangat rendah, dokter mungkin akan menyarankan prosedur amnioinfusion, yaitu penyuntikan cairan steril ke dalam kantung ketuban melalui kateter yang dimasukkan ke dalam rahim saat persalinan berlangsung. Prosedur ini bertujuan untuk meningkatkan volume cairan ketuban sehingga dapat mengurangi risiko kompresi tali pusat yang bisa mengganggu suplai oksigen ke janin. Amnioinfusion juga dapat membantu meredakan tekanan pada janin dan mengurangi kemungkinan terjadinya gawat janin selama proses persalinan.
3. Pemantauan Rutin
Ketika seorang ibu hamil didiagnosis mengalami oligohidramnion, dokter akan melakukan pemantauan yang lebih ketat dengan USG guna mengevaluasi kondisi janin, perkembangan organ tubuhnya, serta pergerakannya. Pemeriksaan Doppler juga bisa dilakukan untuk menilai aliran darah di tali pusat dan memastikan suplai oksigen ke janin tetap optimal. Dengan pemantauan yang intensif, dokter dapat mengambil tindakan lebih cepat jika kondisi janin menunjukkan tanda-tanda gangguan akibat rendahnya volume cairan ketuban.
4. Istirahat yang Cukup dan Menghindari Aktivitas Berat
Mengurangi aktivitas fisik yang berlebihan dan lebih banyak beristirahat, terutama dengan posisi berbaring miring ke kiri, dapat membantu memperbaiki aliran darah ke plasenta. Sirkulasi darah yang lebih baik akan meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi ke janin, yang pada akhirnya bisa berkontribusi pada peningkatan produksi cairan ketuban. Oleh karena itu, ibu hamil yang mengalami oligohidramnion sering disarankan untuk lebih banyak beristirahat dan menghindari stres agar kondisi kehamilan tetap stabil.
Baca juga: Mengenal Jenis Olahraga yang Dilarang untuk Ibu Hamil
5. Persalinan Lebih Dini Jika Diperlukan
Jika oligohidramnion terjadi pada trimester akhir dan kondisi janin mulai terganggu, dokter mungkin akan merekomendasikan induksi persalinan atau operasi caesar untuk mencegah risiko yang lebih besar, seperti gawat janin atau lahir mati. Keputusan ini biasanya diambil jika kadar cairan ketuban terlalu rendah hingga berisiko menyebabkan komplikasi serius, seperti gangguan pernapasan pada bayi atau tekanan berlebih pada tali pusat. Oleh karena itu, ibu hamil yang mengalami oligohidramnion pada usia kehamilan yang sudah cukup bulan perlu bersiap menghadapi kemungkinan persalinan lebih awal demi keselamatan janin.
Pencegahan Oligohidramnion
Meskipun tidak semua kasus oligohidramnion dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya:
- Minum air putih yang cukup setiap hari untuk menjaga hidrasi tubuh.
- Mengonsumsi makanan bernutrisi yang dapat mendukung kesehatan ibu dan janin.
- Menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang dapat memengaruhi perkembangan janin.
- Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi kemungkinan adanya komplikasi sejak dini.
Sangat penting untuk melakukan pemeriksaan rutin dan menjaga kesehatan selama kehamilan agar dapat mengurangi risiko terjadinya kondisi ini. Jika Moms memiliki kekhawatiran mengenai jumlah cairan ketuban, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Untuk informasi lebih mendalam mengenai kesehatan sistem reproduksi, program kehamilan, atau solusi untuk masalah infertilitas, dokter-dokter di Morula IVF Indonesia siap membantu. Klinik fertilitas Morula IVF menawarkan konsultasi yang komprehensif dan profesional serta berbagai teknologi canggih seperti Inseminasi Buatan, Bayi Tabung, dan lainnya. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Morula IVF memiliki tim spesialis kandungan yang berdedikasi untuk mendukung Moms dalam usaha memiliki anak yang sehat. Hubungi Morula IVF melalui website resmi atau secara langsung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan konsultasi.
Referensi
- National Center for Biotechnology Information. “Oligohydramnios”. Diakses pada 1 April 2025.
- Cleveland Clinic. “Oligohydramnios”. Diakses pada 1 April 2025.
- American Pregnancy Association. “Oligohydramnios”. Diakses pada 1 April 2025.